
Dr. Ir. Yustinus Suranto, M.P.
Perintis dan Pengembang Kajian Kayu Budaya Nusantara
Setelah
disajikan tulisan seri pertama, maka tulisan tersebut disusul oleh tulisan seri
kedua. Sebagaimana telah dipahami bahwa tulisan seri kedua menyajikan topik
tentang Taksonomi Tetumbuhan dan Evolusinya. Topik
kedua tersebut disajikan dalam rangka menelusuri pengelompokkan tentang kayu
budaya dan kebudayaan kayu Nusantara.
Setelah
disajikan tulisan seri kedua, maka tulisan tersebut disusul oleh tulisan seri
ketiga. Tulisan seri ketiga menyajikan topik tentang Sifat dan Karakter
Kayu Budaya. Sifat dan Karakter Kayu Budaya ini merupakan suatu tolok ukur
yang berisi tentang faktor-faktor yang berperan sebagai perspektif baku untuk
menentukan tingkat kualitas kayu budaya. Dengan demikian, maka setiap kayu
budaya yang dikelompokan berbasiskan pada taksonomi vegetasi itu dapat diuji
tentang sifat, karakter, dan kualitasnya.
Sebagaimana
telah disajikan, bahwa kayu budaya dikelompokan berbasiskan pada taksonomi
vegetasi menjadi empat kelompok besar, yakni: perbambuan, rerotanan, pepaleman,
dan pepohonan. Oleh karena itu, masing-masing kelompok ini akan
dielaborasi secara lebih detil yang masing-masing disajikan dan dikemas sebagai
sebuah bagian. Dengan demikian, maka direncanakan untuk disajikan kelompok
vegetasi: perbambuan, rerotanan, pepaleman, dan pepohonan itu masing-masing
secara berurutan pada bagian: pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Narasi
terhadap bagian pertama ini sudah tentu akan bervolume cukup banyak, sehingga
elaborasi lebih detilnya perlu dikemas dalam beberapa seri tulisan. Pengelaborasian
terhadap bagian pertama tentang kelompok vegetasi perbambuan ini akan dimulai
pada tulisan seri keempat ini. Oleh karena itu, maka tulisan seri keempat ini
diberi muatan yang khas, yakni bambu dan kebudayaan kayu
nusantara. Bagian pertama ini berintikan tentang Kebudayaan Kayu Nusantara yang
menggunakan Bambu sebagai material budaya.
Tulisan
seri keempat ini akan berisi tentang wawasan secara umum tentang Bambu sebagai
vegetasi, keragaman jenis bamboo serta Budidaya dan Teknologi Pengolahannya.
Bambu berusaha dikemas dalam kontektualisasi pada masing-masing etnik. Dengan
demikian, kontekstualisasi ini berkait dengan praktek kebudayaan bambu pada
berbagai etnik penyusun nusantara. Berbagai etnik yang akan dibahas meliputi
etnik-etnik: Jawa, Sunda, Minang, Dayak, Tana
Toraja, Ternate, Asmat, Ende, Lombok,
dan Bali. Meski pun demikian, tulisan pada seri ke-4 ini difokuskan
pada etnik Jawa. Penyajiannya sebagai berikut.
Bambu
sebagai Vegetasi
Bambu
merupakan tetumbuhan yang memiliki tiga butir karakter utama, yaitu berstatus
sebagai tumbuhan pioner, proses fotosintesis berlangsung paling efisien dan
pertumbuhannya berlangsung paling cepat. Masing-masing karakter utama ini
disajikan sebagai berikut.
- Bambu
sebagai Tumbuhan Pioner: Tumbuhan pioner adalah tumbuhan yang tumbuh
sebagai perintis atau urutan pertama. Dengan demikian, bambu mengawali
tumbuhnya tetumbuhan yang lain pada suatu kawasan lahan-gundul (bare
land). Kawasan gundul adalah kawasan yang kosong atau nir-tetumbuhan.
- Proses
Fotosintesis Paling Efisien: Bambu merupakan tetumbuhan yang
menyelenggarakan proses fotosintesis paling efisien. Hal ini berarti bahwa
bambu merupakan tetumbuhan yang paling cepat menyerap gas karbon dioksida
(CO2) dan gas-gas polutan lainnya.
- Pertumbuhan
Paling Cepat: Begitu cepatnya pertumbuhan ini sehingga ada bambu yang
dapat mencapai tingkat pertumbuhan meninggi pada tingkatan setinggi 2
meter dalam durasi waktu 24 jam.
Setelah
menyajikan karakter utama bambu sebagai vegetasi, kini saatnya untuk menyajikan
jenis-jenis bambu.
Keragaman
Jenis Bambu
Bambu
sebagai vegetasi itu sangat beragam, baik dalam hal jenis (spesies) maupun
dalam hal ukuran diameter batangnya. Dalam hal Jenis bambu, tercatat 1.439
jenis bambu yang tumbuh di dunia. Sementara itu, pada kawasan Negara Kesatuan
Republik Indonesia terdapat 162 jenis bambu.Dalam hal ukuran diameter
batangnya, maka bambu dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan ukuran
diameter batang:
- Bambu kecil
(diameter kurang dari 8 cm)
- Bambu sedang
(diameter antara 8 sampai dengan 15 cm)
- Bambu besar
(diameter minimum 15 cm)
Demikian
penyajian sub-bab Jenis-jenis Bambu.
Budidaya
Bambu dan Teknologi Pengolahannya
Sebagaimana
telah disebutkan bahwa bambu tumbuh secara alami di Indonesia. Oleh karena itu,
hampir setiap pulau pada Kawasan Indonesia itu terdapat kawasan hutan
bambu.Pembudidayaan bambu sangat mendapatkan prioritas untuk dikuasai oleh
berbagai etnik penyusun Nusantara. Dalam konteks ini, kelompok masyarakat
pedesaan mengenal secara sangat baik tentang berbagai jenis bambu yang tumbuh
di sekitar kawasan penjelajahan mereka.Ada dua macam pilihan dalam pemanenan:
- Pemanenan
buluh muda untuk bahan kerajinan.
- Pemanenan
buluh tua untuk konstruksi.
Masyarakat
pedesaan juga menguasai berbagai tahapan proses pengolahan bambu menjadi bahan
pangan maupun bahan kerajinan dan konstruksi.
Penutup
Demikianlah artikel seri keempat yang menyajikan sub-sub topik berupa Bambu
sebagai Vegetasi, Keragaman Jenis bamboo serta Budidaya Bambu.dan Teknologi
Pengolahannya. Artikel ke empat ini akan disusul oleh artikel seri kelima yang
akan menyajikan topik tentang Karakter Material Bambu. Sebagaimana telah
disebutkan bahwa Artikel seri keempat ini merupakan artikel pertama dari Bagian
Pertama pada bahasan tentang Kayu Budaya dan Kebudayaan Kayu Nusantara. Salam
Budaya Nusantara.
Daftar Pusataka.
Dransfield, S. and
Elizabet A Widjaja.1995. Procea. Plant Resources of South East Asia 7. Bamboo.
Backhuys Publisher. Leiden.
Sulthoni, A. 1983.
Bamboo Handling In the Rural Ereas of Yogyakarta Indonesia With Special
Reference to Its Traditional Preservation. IDRC Bamboo Preservation Project.