Bambu Sebagai Material Budaya Dama Kebudayaan Kayu Nusantara

Bambu Sebagai Material Budaya Dama Kebudayaan Kayu Nusantara

WhatsApp
Twitter
Facebook
Telegram
Picture of Dr. Ir. Yustinus Suranto, M.P.

Dr. Ir. Yustinus Suranto, M.P.

Perintis dan Pengembang Kajian Kayu Budaya Nusantara

Pengantar
Tulisan ini merupakan tulisan seri keempat. Sebagaimana dipahami, bahwa tulisan seri pertama membahas tentang lawas atau ruang lingkup Kayu Budaya dan Kebudayaan Kayu Nusantara. Dalam konteks ini, terma “Kayu” dimaknai secara makro dan mikro. Pemaknaan secara makro terlihat bahwa muatan terma “Kayu” ini mencakup “seluruh material yang tersusun atas lignoselulosa, baik yang berasal dari kelompok vegetasi: perbambuanrerotananpepaleman, dan pepohonan.” Sementara itu, pemaknaan secara mikro terlihat bahwa muatan terma “Kayu” ini hanya mencakup tentang “material berlignoselulosa yang dihasilkan oleh balak pepohonan”. Dalam konteks pemaknaan mikro ini, telah disampaikan bahwa material berlignoselulosa yang dihasilkan dari balak pepohonan ini lebih populer disebut dengan terma “Kayu Industri”. Oleh karena itu, dalam konteks Kayu Budaya, maka pemaknaan terma “Kayu” lebih pada pemaknaan secara makro.

Setelah disajikan tulisan seri pertama, maka tulisan tersebut disusul oleh tulisan seri kedua. Sebagaimana telah dipahami bahwa tulisan seri kedua menyajikan topik tentang Taksonomi Tetumbuhan dan Evolusinya. Topik kedua tersebut disajikan dalam rangka menelusuri pengelompokkan tentang kayu budaya dan kebudayaan kayu Nusantara.

Setelah disajikan tulisan seri kedua, maka tulisan tersebut disusul oleh tulisan seri ketiga. Tulisan seri ketiga menyajikan topik tentang Sifat dan Karakter Kayu Budaya. Sifat dan Karakter Kayu Budaya ini merupakan suatu tolok ukur yang berisi tentang faktor-faktor yang berperan sebagai perspektif baku untuk menentukan tingkat kualitas kayu budaya. Dengan demikian, maka setiap kayu budaya yang dikelompokan berbasiskan pada taksonomi vegetasi itu dapat diuji tentang sifat, karakter, dan kualitasnya.

Sebagaimana telah disajikan, bahwa kayu budaya dikelompokan berbasiskan pada taksonomi vegetasi menjadi empat kelompok besar, yakni: perbambuanrerotananpepaleman, dan pepohonan. Oleh karena itu, masing-masing kelompok ini akan dielaborasi secara lebih detil yang masing-masing disajikan dan dikemas sebagai sebuah bagian. Dengan demikian, maka direncanakan untuk disajikan kelompok vegetasi: perbambuan, rerotanan, pepaleman, dan pepohonan itu masing-masing secara berurutan pada bagian: pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Narasi terhadap bagian pertama ini sudah tentu akan bervolume cukup banyak, sehingga elaborasi lebih detilnya perlu dikemas dalam beberapa seri tulisan. Pengelaborasian terhadap bagian pertama tentang kelompok vegetasi perbambuan ini akan dimulai pada tulisan seri keempat ini. Oleh karena itu, maka tulisan seri keempat ini diberi muatan yang khas, yakni bambu dan kebudayaan kayu nusantara. Bagian pertama ini berintikan tentang Kebudayaan Kayu Nusantara yang menggunakan Bambu sebagai material budaya.

Tulisan seri keempat ini akan berisi tentang wawasan secara umum tentang Bambu sebagai vegetasi, keragaman jenis bamboo serta Budidaya dan Teknologi Pengolahannya. Bambu berusaha dikemas dalam kontektualisasi pada masing-masing etnik. Dengan demikian, kontekstualisasi ini berkait dengan praktek kebudayaan bambu pada berbagai etnik penyusun nusantara. Berbagai etnik yang akan dibahas meliputi etnik-etnik: JawaSundaMinangDayakTana TorajaTernateAsmatEndeLombok, dan Bali. Meski pun demikian, tulisan pada seri ke-4 ini difokuskan pada etnik Jawa. Penyajiannya sebagai berikut.

Bambu sebagai Vegetasi

Bambu merupakan tetumbuhan yang memiliki tiga butir karakter utama, yaitu berstatus sebagai tumbuhan pioner, proses fotosintesis berlangsung paling efisien dan pertumbuhannya berlangsung paling cepat. Masing-masing karakter utama ini disajikan sebagai berikut.

  1. Bambu sebagai Tumbuhan Pioner: Tumbuhan pioner adalah tumbuhan yang tumbuh sebagai perintis atau urutan pertama. Dengan demikian, bambu mengawali tumbuhnya tetumbuhan yang lain pada suatu kawasan lahan-gundul (bare land). Kawasan gundul adalah kawasan yang kosong atau nir-tetumbuhan.
  2. Proses Fotosintesis Paling Efisien: Bambu merupakan tetumbuhan yang menyelenggarakan proses fotosintesis paling efisien. Hal ini berarti bahwa bambu merupakan tetumbuhan yang paling cepat menyerap gas karbon dioksida (CO2) dan gas-gas polutan lainnya.
  3. Pertumbuhan Paling Cepat: Begitu cepatnya pertumbuhan ini sehingga ada bambu yang dapat mencapai tingkat pertumbuhan meninggi pada tingkatan setinggi 2 meter dalam durasi waktu 24 jam.

Setelah menyajikan karakter utama bambu sebagai vegetasi, kini saatnya untuk menyajikan jenis-jenis bambu.

Keragaman Jenis Bambu

Bambu sebagai vegetasi itu sangat beragam, baik dalam hal jenis (spesies) maupun dalam hal ukuran diameter batangnya. Dalam hal Jenis bambu, tercatat 1.439 jenis bambu yang tumbuh di dunia. Sementara itu, pada kawasan Negara Kesatuan Republik Indonesia terdapat 162 jenis bambu.Dalam hal ukuran diameter batangnya, maka bambu dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan ukuran diameter batang:

  • Bambu kecil (diameter kurang dari 8 cm)
  • Bambu sedang (diameter antara 8 sampai dengan 15 cm)
  • Bambu besar (diameter minimum 15 cm)

Demikian penyajian sub-bab Jenis-jenis Bambu.

Budidaya Bambu dan Teknologi Pengolahannya

Sebagaimana telah disebutkan bahwa bambu tumbuh secara alami di Indonesia. Oleh karena itu, hampir setiap pulau pada Kawasan Indonesia itu terdapat kawasan hutan bambu.Pembudidayaan bambu sangat mendapatkan prioritas untuk dikuasai oleh berbagai etnik penyusun Nusantara. Dalam konteks ini, kelompok masyarakat pedesaan mengenal secara sangat baik tentang berbagai jenis bambu yang tumbuh di sekitar kawasan penjelajahan mereka.Ada dua macam pilihan dalam pemanenan:

  1. Pemanenan buluh muda untuk bahan kerajinan.
  2. Pemanenan buluh tua untuk konstruksi.

Masyarakat pedesaan juga menguasai berbagai tahapan proses pengolahan bambu menjadi bahan pangan maupun bahan kerajinan dan konstruksi.

Penutup
Demikianlah artikel seri keempat yang menyajikan sub-sub topik berupa Bambu sebagai Vegetasi, Keragaman Jenis bamboo serta Budidaya Bambu.dan Teknologi Pengolahannya. Artikel ke empat ini akan disusul oleh artikel seri kelima yang akan menyajikan topik tentang Karakter Material Bambu. Sebagaimana telah disebutkan bahwa Artikel seri keempat ini merupakan artikel pertama dari Bagian Pertama pada bahasan tentang Kayu Budaya dan Kebudayaan Kayu Nusantara. Salam Budaya Nusantara.

Daftar Pusataka.

Dransfield, S. and Elizabet A Widjaja.1995. Procea. Plant Resources of South East Asia 7. Bamboo. Backhuys Publisher. Leiden.

Sulthoni, A. 1983. Bamboo Handling In the Rural Ereas of Yogyakarta Indonesia With Special Reference to Its Traditional Preservation. IDRC Bamboo Preservation Project.