Pengolahan Bambu dalam Berkarya Mewujudkan Produk Budaya Berkualitas Tinggi

Pengolahan Bambu dalam Berkarya Mewujudkan Produk Budaya Berkualitas Tinggi

WhatsApp
Twitter
Facebook
Telegram
Picture of Dr. Ir. Yustinus Suranto, M.P.

Dr. Ir. Yustinus Suranto, M.P.

Perintis dan Pengembang Kajian Kayu Budaya Nusantara

Pengantar

Naskah urutan ke-10 tentang pengolahan bambu ini menyusul 9 naskah yang telah disajikan beberapa waktu lalu yang pembahasannya secara keseluruhan mencakup tentang sifat karakter dasar dan filsafat bambu. Karakter bambu merupakan ekspresi  sifat-sifat dasar bambum yakni sifat: kimia, struktur dan anatomi, fisika, dan mekanika bambu. Sementara itu, nilai-nilai filsafat yang mengandung pola pikir, pola sikap dan pola tindak unggul itu sangat diperlukan dalam berkarya dan mengolah bamboo. Pengolahan sudah tentu berkait dengan jenis produk yang dihasilkan yang memang sangat beragam dan pengupayaan kualitas produk tersebut.

Dalam naskah ini, disajikan tentang tiga hal, yakni (1) keragaman produk karya budaya berbahan bambu, (2) Proses pengolahan beserta berbagai tahapannya, dan (3) Prinsip penjaminan untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi. Penyajiannya diurutkan dan diperinci sebagai berikut.

Keragaman Produk Berbahan Bambu

Bambu sebagai material budaya dapat dijadikan bahan baku untuk memproduksi berbagai produk demi memenuhi kebutuhan hidup. Proses produksi dapat dilakukan secara modern maupun secara tradisional. Proses produksi secara modern menghasilkan produk dikatagorikan menjadi enam kelompok,  yaitu (1) Kerajinan dan konstruksi, (2) serpih dan laminasi (Guisheng, 1985), (3) serat bambu dan berbagai turunannya, kain dan pakaian, (4) pulp dan kertas (5) energi biomasa, (6) minuman dan makanan, kosmetik dan obat. (Higuchi dkk, 1985, Visupakha, 1985). Proses modern menghasilkan berbagai jenis produk tersebut telah menjadi industry manufaktur di beberapa negara maju, antara lain Jepang dan Republik Rakyat China.

Sementara itu, proses tradisional baru terfokuskan pencapaiannya pada produksi kerajinan dan konstruksi. Proses ini dilakukan oleh negara berkembang, antara lain Negara Kesatuan Republik Indonesia, khususnya oleh masyarakat pengrajin bambu. Dalam konteks ini, pengolahan tradisional menghasilkan berbagai produk beragam yg disajikan dalam sub-bab berikut.

Keragaman Produk Tradisional Berbahan Bambu

Pemanfaatan Secara Tradisional terhadap buluh bamboo menghasilkan dua sub-kelompok, yaitu (1) Produk berbasis Kekuatan dan konstruksi terstruktur dan (2) Produk berbasis kerajinan. Produk berbasis kekuatan dan konstruksi meliputi: Tangga, Mebel, Sarana transportasi darat, Jembatan, rakit dan perahu serta Rumah Adat. Sementara itu, produk berbasis kerajinan merupakan produk tradisional yang pada umumnya berupa kreasi anyaman yang memiliki nilai fungsional dan nilai estetika tinggi. Produk kreasi kerajinan bambu juga sangat beragam, yang secara parsial dapat dikelompokkan menjadi 5 kelompok sebagai berikut: 1. Peralatan Makan dan Minum; 2. Peralatan Rumah Tangga; 3. Dekorasi ruangan; 4. Aksesori dan Fashion; dan 5. Mainan dan Produk Edukasi. Beberapa contoh produk pada masing-masing sub-kelompok ini disajikan sebagai berikut. 1. Peralatan Makan dan Minum antara lain Piring dan mangkuk bambu, Sendok dan garpu bambu serta Teko dan gelas bamboo. 2. Peralatan Rumah Tangga antara lain: Keranjang serbaguna, Tampah atau nampan serta Tudung saji serta Tempat tisu. 3. Dekorasi ruangan antara lain: Lampu hias, Partisi ruangan (rono), Rak serbaguna serta Pot bunga atau vas. 4. Aksesori dan Fashion antara lain: Tas anyaman bambu, Topi bambu (caping), Gelang dan kalung, serta Sandal bambu. 5. Mainan dan Produk Edukasi antara lain: Kipas anyaman, Miniatur rumah adat, Boneka atau hiasan gantung,

Saat diolah untuk memproduksi benda-benda tersebut, bambu diperankan sebagai elemen tertentu penyusun produk tersebut. Pemanfaatannya sebagai elemen memiliki dua kemungkinan. Pertama, pemanfatan dalam wujud buluh yang bulat, baik berupa bagian antar-ruas (internodia) saja maupun internodia bersama ruas (nodia). Kedua, pemanfaatan dalam wujud belahan atau iratan bamboo. terutama untuk kerajinan berbasiskan pada proses penganyaman.

Setiap jenis produk kreasi kerajinan bambu  selalu dihasilkan dari suatu proses pengolahan bambu. Proses ini terdiri atas berbagai tahapan. Uraiannya disajian sebagai berikut.

Tahapan Pengolahan Bambu

Pengolahan Bambu terdiri atas empat tahapan. Tahapan meliputi: Desain, Penyiapan Bahan, Pengerjaan yang bervasiasi bergantung pada jenis produk yang akan dihasilkan dan Finishing.

Tahapan Desain atau rancang bangun adalah suatu proses merancang, mengonsep, dan membuat suatu sistem urutan tentang tata cara menghasilkan produk dengan mempertimbangkan aspek fungsi, estetika, efisiensi, dan keberlanjutan.

Tahapan penyediaan dan penyiapan bahan terdiri atas empat sub-tahapan, yaitu sub-tahapan: Penebangan atau Pemanenan, Pemotongan cabang dan buluh, Pengawetan, dan Pengeringan. Setiap sub-tahapan ini diuraikan sebagai berikut.

Pada tahapan penebangan, maka Bambu yang ditebang dalam keadaan tua, berumur 3 sampai dengan 5 tahun sebagai bahan konstruksi dan 1 sampai dengan 2 tahun sebagai bahan anyaman. Penebangan dilaksanakan pada masa penghujung musim kemarau yang dalam kalender pertanian budaya jawa disebut “Masa Tua”. Di samping itu, penebangan juga dilakukan pada hari-hari yang termasuk dalam masa bulan gelap sehingga menghindari hari-hari bulan terang, apalagi bulan purnama. Dalam kebudayaan Jawa, hari demikian ini disebut “Wulan Tilem”. Pada hari terpilih tersebut, pelaksanaan penebangan dilakukan pada saat malam atau pagi hari saat cahaya matahari belum memapar bamboo tersebut. Bidang potong buluh bambu dipilih pada bagian pangkal batang yang berdekatan dengan posisi ruas.

Pada tahapan pembersihan, maka Tindakan dilakukan dalam rangka membersihkan dan membebaskan buluh itu dari bagian daun dan ranting. Sesudah itu, dilakukan pemotongan buluh dalam arah longitudinal atau arah dari pangkal ke ujung batang. Pemotongan longitudinal ini diatur jaraknya sesuai dengan ukuran Panjang buluh yang dibutuhkan.

Pada tahapan perendaman dalam rangka Pengawetan, maka Bambu direndam dalam air tergenang, atau air mengalir atau di dalam lumpur basah. Perendaman dilakukan selama 3 minggu sampai dengan 6 bulan. Proses pengawetan juga dapat dilakukan secara rekayasa, yakni dengan penerapan larutan pengawet kimiawi yang mengandung bahan aktif, yakni asam boraks atau asam borik. menggunakan larutan pengawet seperti boraks atau boric acid.

Pada tahapan Pengeringan, maka bambu dikeringkan secara alami dengan cara diangin-anginkan. Di samping itu, pengeringan alami juga dapat dilakukan dengan cara pemaparan dan pendedahan bamboo tersebut pada sinar matahari. Proses pengeringan berlangsung selama 2 sampai dengan 3 minggu. Durasi waktu pengeringan itu dapat diperpendek manakala proses pengeringan berlangsung secara rekayasa, baik dengan teknologi pengasapan maupun teknologi tanur pengering.

Tahapan Pengerjaan merupakan proses pembentukan elemen. Proses pembentukan sering kali didahului dengan tindakan pelurusan yang dilakukan dengan bantuan pemanasan api atau uap. Terhadap elemen ini, dilakukan penghalusan permukaan untuk mengeliminasi kondisi kasar pada serat. Akhirnya dilakukan perangkaian antar elemen menjadi komponen produk dan perangkatian antar komponen untuk dijadikan satu unit produk bambu.

Tahapan Finishing merupakan proses pemberian lapisan permukaan. Lapisan ini berfungsi sebagai pelindung dan meningkatkan daya tahan dan estetika. Pelapisan permukaan dilakukan dengan menggunakan zat pelapis, semisal pernis, cat, atau minyak. Dalam konteks produk konstruksi dan furniture, pelapis permukaan ini dapat berupa zat pengawet yang bersifat anti-rayap, anti-kumbang dan anti-jamur.

Berbagai tahapan itu perlu dilakukan secara seksama agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas tinggi. Keseksamaan ini merupakan perwujudan dari konsep kualitas produk. Konsep ini disajikan sebagi berikut.

Konsep Kualitas Produk

Kualitas produk merupakan suatu konsep tentang tingkat kesesuaian antara jenis bambu, umur bambu, sifat dasar bambu, sifat pengolahan bamboo, kualitas pengerjaan oleh pengrajin dengan

jenis dan karater produk yang akan dihasilkan (Prayitno, 1995.)

Dalam hal aspek: jenis bambu, umur bambu, dan sifat dasar bambu dalam kaitannya terhadap kualitas produk, dapat dijelaskan sebagai berikut.

 Bambu memiliki sangat banyak jenis. Setiap jenis bambu memiliki karakteristik berbeda, dalam hal kekuatan, elastisitas, dan ketahanan alami serta penampilan fisiknya. Sebagai contoh dalam konteks kesesuaian, maka bambu wulung sangat sesuai digunakan sebagai bahan  kerajinan, tetapi  bambu petung tidak sesuai. Sebaliknya,  bambu petung sangat sesuai  digunakan sebagai bahan konstruksi, bambu wulung tidak sesuai.

 Dalam konteks Umur Bambu, maka bambu yang dipanen pada umur 1 s.d 2 tahun, sangat sesuai untuk bahan kerajinan, tetapi umur 3 s.d 5 tahun tidak sesuai. Sebaliknya, bambu yang dipanen pada umur 1 s.d 2 tahun tidak  sesuai untuk bahan konstruksi, tetapi umur 3 s.d 5 tahun sangat tidak sesuai.

Dalam konteks sifat dasar bambu, baik berkait dengan sifat kimia, struktur dan anatomi, fisika, serta mekanika, maka ada buluh bambu yang karakternya sangat sesuai untuk produk kerajinan tetapi tidak sesuai untuk produk konstruksi. Sebaliknya, ada karakter bambu yang tidak sesuai untuk produk kerajinan tetapi sangat sesuai untuk produk konstruksi, meski jenis dan umur bambu tersebut adalah sama. Hal ini berkait dengan lokasi tempat tumbuhnya bambu tersebut.

Dalam konteks proses pengolahan, maka perlakuan dalam penebangan, pengawetan dan pengeringan serta finishing itu sangat mempengaruhi kualitas produk akhir. Di samping itu, kualitas pengrajin dan kompetensinya, baik dalam bersikap dan bertindak saat melaksanakan setiap tahapan pengolahan itu sangat berpengaruh terhadap kualitas produk akhir.

Apabila tingkat kesesuaiannya tinggi, maka produk yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang tinggi. Sebaliknya, apabila tingkat kesesuaiannya rendah, maka produk yang dihasilkan akan berkualitas rendah.

Produk  kerajinan bambu dinyatakan berkualitas tinggi apabila penampilannya rapi dan kuat sambungan antar elemennya, permukaannya halus, finishingnya baik, serta desainnya estetis  dan fungsional

Produk  konstruksi bambu dinyatakan berkualitas tinggi apabila memenuhi Standar Struktural dan Ketahanan, baik dalam hal: Kekuatan Mekanis, Ketahanan Terhadap Cuaca serta Kualitas Estetika dan Finishing serta Desain yang Presisi, serta memenuhi standar konstruksi sebagaimana diamanahkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI). Untuk mencapai standar terebut, maka dipelukan keberadaan Unit Jaminan Mutu.

Unit Jaminan Mutu

Industri produk berbahan bambu wajib memiliki unit jaminan mutu. Unit ini bertugas untuk memeriksa setiap unit produk yang dihasilkan dalam rangka memastikan bahwa produk tersebut memiliki kualitas sebagaimana yang telah ditetapkan. Dengan demikian, maka konsumen yang akan membeli produk tersebut menerima jaminan dan garansi mutu produk.

Proses penjaminan ini melibatkan berbagai tahapan pengujian dan evaluasi untuk mendeteksi cacat, memastikan kesesuaian dengan spesifikasi. Apabila mutu suatu produk tidak memenuhi standar kualitas, maka unit ini bertugas untuk menelusuri setiap faktor yang berpengaruh terhadap kualitas produk dan menemukan faktor mana yang menjadi penyebabnya.

Faktor tersebut kemudian dibenahi sehingga produknya berkualitas standar. Kualitas standar ini memang harus diperhitungkan dan selalu dikawal agar produk berbahan bambu ini memiliki daya tarik dan daya saing tinggi, baik dari segi fungsionalitas maupun estetika.

Dengan demikian, jelaslah bahwa Pemeriksaan kualitas produk melalui Unit Jaminan Mutu merupakan aspek penting dalam memastikan produk terhasilkan memenuhi standar tertetapkan.

Penutup

Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa setiap tahapan pengolahan yang berupa Teknik penebangan, dan berbagai teknologi pada pengawetan, pengeringan dan pengerjaan serta finishing itu memerlukan penjelasan yang lebih detil. Hal ini berkait dengan Teknologi yang merupakan gatra kegiatan yang mencakup bahan, alat dan proses serta prosedur. Diharapkan bahwa setiap tahapan pengolahan ini dapat disajikan secara lebih detil pada naskah mendatang.

Daftar Pustaka

Guisheng, C.,1985. Bamboo Plywood. A New Product of Structural Material with Hight Strength Properties. Dalam Rao, A.N., Danarajan, G.,  Sastry, C,B.. Recent Research on Bamboo. Proceeding of the Workshop. Hangzhou. People’s Republic of China.

Higuchi, T., Takahashi, M., and Togamura, Y., 1985. Characteristich of Steam-exploded Bamboos fo Cattle Feed. Dalam Rao, A.N., Danarajan, G., Sastry, C.B. Recent Research on Bamboo. Proceeding of the Workshop. Hangzhou. People’s Republic of China.

Visupakha, K.m 1985. The Role of Bamboo as a potensial food in Thailand. Dalam Rao A.N., Danarajan,G., Sastry, C.B. Recent Research on Bamboo. Proceeding of the Workshop. Hangzhou. People’s Republic of China.

 

Prayitno, T.A. 1995. Pertumbuhan dan Kualitas Kayu. Program Pasca Sarjana. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.